Mengenal Covid-19 Varian Delta, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Paru

Muri, iNews.id
Ilustrasi - Covid 19 coronavirus Delta variant Sars ncov 2 2021. Delta Strain. India Coronavirus delta variant. B.1.617.2 E484Q L452R. ANTARA/Shutterstock/pri.

PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Virus Covid-19 saat ini menjadi momok yang menakutkan dan dapat mengintai siapa saja, terlebih mereka yang tidak konsisten menerapkan protokol kesehatan (prokes). Covid-19 kini bermutasi menjadi Covid-19 Delta yang berasal dari India. Covid-19 versi ini, disebut-sebut sangat berbahaya.

Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Gatut Priyonugroho menjelaskan perbedaan varian Delta dengan varian lain, salah satunya pada tingkat penularannya.

“Virus Covid-19 varian Alpha dari UK bisa menular dari satu orang kepada enam orang dan varian Delta dari satu orang menularkannya kepada delapan orang. Angka tersebut tidak saklek, tapi menggambarkan bahwa semudah itu varian Covid-19 yang baru menular," ujarnya dalam webinar dengan tema Mengenal Lebih Dekat Covid-19 Varian Delta, Selasa (13/7/2021).

Dikatakan Gatut, seseorang yang sudah terinfeksi Covid-19 namun sudah divaksin, maka antibodi naik kecuali untuk varian Delta. Saat seseorang terkena varian Delta kemudian divaksin, maka keefektifannya tidak sebaik seseorang yang belum terkena jenis varian tersebut.

Dia menyarankan pembersihan pada ruangan lebih utama daripada disinfeksi. 

“Kalau tangan kita kotor, jangan di disinfeksi saja tapi tidak dibersihkan. Bersihkan dulu menggunakan sabun, karena cara ini paling aman untuk merontokkan struktur virus yang hinggap pada tangan kita,” katanya.

Gatut menerangkan virus Covid-19 varian Delta memiliki gejala hampir sama dengan varian lainnya, yaitu demam (94%), batuk (79%), sesak (55%), berdahak (23%), nyeri badan (15%), lelah (23%), sakit kepala (8%), rinorea (7%), batuk darah (5%), diare (5%), anosmia (3%), dan mual (4%). Jika seseorang terkena Covid ringan, pada umumnya dia baik-baik saja (0,1% memberat).

Dia meluruskan kesalahpahaman di masyarakat bahwa penyintas Covid-19 akan lebih kebal terhadap virus tersebut. 

“Mereka yang pernah kena Covid-19 bukan berarti dia sudah menumbuhkan antibodi, tetapi itu juga tandanya dia terbukti rentan terkena Covid-19 karena virus itu cocok dengan tubuhnya sehingga mudah masuk. Maka itu, kita cukup sering menemukan kasus orang yang terinfeksi virus Covid-19 untuk yang kedua kalinya,” ujar Gatut.

Berdasarkan informasi yang bersumber dari WHO, pasien dapat dikeluarkan dari isolasi setelah 10 hari positif SARS CoV2 (Asimptomatik) dan 10 hari sesudah on set gejala dan terbebas dari gejala (simptomatik). 
“Masyarakat yang sudah terbebas dari isoman maupun isolasi di rumah sakit harus tetap mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” katanya.

 

Editor : Muri Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network