Kedua, adalah situasi perkembangan Covid-19 yang masih menimbulkan ketidakpastian pemulihan ekonomi. Per 4 Maret 2022 pukul 12:00 WIB, pemerintah mencatat terdapat tambahan 26.347 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Kendati tidak seganas sebelumnya, pertumbuhan pasien wabah Omicron ini menghadirkan fluktuasi harga di pasaran. Rusli mencoba mengingat apa yang sempat terjadi di awal virus corona diumumkan.
"Jadi kita ingat di awal-awal Covid-19 itu kemarin di awal 2020, harga daging ayam itu jatuh ya, kemudian para peternak ayam itu sudah menyiapkan daging ayamnya untuk puasa 2020, eh ada Covid-19. Orang gak boleh mudik, ada lockdown dan sebagainya, mereka gak bisa jualan. Jadi masih ada ketidakpastian saat ini," jelasnya.
Rusli mengingat ketidakpastian harga juga pernah dirasakan saat harga telur mengalami volatilitas di tingkat domestik. Kemudian juga harga kedelai impor dari Amerika Serikat juga sempat mengalami gangguan di tingkat rantai produksi.
"Pun juga dengan telur, sempat naik, turun, terus naik lagi. Seperti itu. Nah ini di level domestik. Kemudianjuga di tingkat global, di mana kedelai Amerika naik harganya, karena pasokan impor, dan pengiriman barang-barang untuk faktor produksi, seperti penghambat gulma, pupuk, dan sebagainya itu terhambat, karena ada supply-chain yang terganggu karena Covid-19," tuturnya.
Editor : Muri Setiawan