PANGKALPINANG, lintasbabel.id - Belakangan ini, marak terpasang billboard atau baliho tokoh politik nasional, di sejumlah wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ketua DPR RI, Puan Maharani, dan Ketua DPP Golkar, Airlangga Hartarto, dua nama yang wajahnya cukup familiar karena terpampang di beberapa media reklame.
Meski pesan dalam baliho tersebut adalah imbauan untuk menerapkan prokes, atau menjaga diri dari paparan Covid 19, namun dinilai sebagai langkah politik untuk memperkenalkan diri ke publik. Memang, baliho yang menampilkan sosok Puan Maharani pantauan lintasbabel.id, ukurannya lebih besar dan banyak terpasang di sejumlah titik, ketimbang baliho milik Airlangga.
Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB), Dr. Ibrahim mengungkapkan bahwa baliho dua tokoh politik diatas, tidak lain adalah dalam rangka pemanasan jelang Pilpres 2024.
"Menurut saya, ini adalah pemanasan, sebatas cek ombak dan ingin mengukur kedalaman air. Dalam konstelasi politik, semakin banyak nama disebut berarti juga semakin besar diskursus yang mengemuka, tak soal apakah dipuji atau dicaci, tak soal dianggap potensial atau akan jadi penonton saja. Menurut saya, keduanya sedang mencoba memancing perhatian publik dan saya kira ini logis, karena pertarungan politik segera menjelang. Waktu 3 tahun adalah waktu yang singkat untuk memperluas daya kenal ke publik luas," ujar Ibrahim saat dihubungi lintasbabel.id, Selasa (3/8/2021) malam.
Dikatakan Ibrahim, keduanya, baik Puan Maharani maupun Airlangga Hartarto memiliki kans untuk maju dalam Pilpres nanti.
"Memang yang kita amati beredar balihonya adalah Puan Maharani dan Airlangga Hartarto. Puan mungkin akan dijajaki peluangnya oleh PDIP, sementara Airlangga oleh Golkar. Kalau ditilik dari sisi dukungan Parpol, keduanya punya kans besar dan saya kira cukup realistis jika keduanya digadang-gadang maju ke Pilpres. Puan tidak hanya Ketua DPR, namun juga trah Megawati dan memiliki peluang kuat dicalonkan oleh partainya. Sementara bagi Arilangga, tiket sebagai Ketua Umum Partai Golkar cukup logis untuk diusung," ungkapnya.
Ibrahim mengungkapkan, sejauh ini tokoh nasional yang muncul di Bangka Belitung memang santer keduanya. Namun, dirinya yakin kedepan akan muncul nama-nama tokoh lainnya, yang juga akan memperkenalkan diri kepada masyarakat di daerah, melalui media baliho.
"Bisa saja nanti kalkulasi politiknya bukan akan berpihak ke mereka, namun digadang-gadang sejak awal akan memberi peluang lebih besar, baik dalam kalkulasi parpol maupun untuk pencitraan di muka publik. Dugaan saya, tak lama lagi nama-nama tersebut akan segera diikuti oleh nama bakal calon lain yang juga bermotif sama," katanya.
Terkait penggunaan media promosi berupa baliho dengan berbagai ukuran, dikatakan Ibrahim bahwa di tengah pandemi dan era teknologi yang membuka peluang penggunaan media sosial dan media online lainnya, pilihan penggunaan baliho memang tidak lagi sepopuler masa lalu.
"Namun pada kenyataannya, baliho di sudut-sudut strategis daerah, akan menjadi perhatian lebih. Tetap saja saya menganggap bahwa jika tujuannya untuk cek ombak, baliho tetap relevan," lanjutnya.
Penggunaa baliho ini sendiri, kata Ibrahim masih dinilai efektif untuk menyasar masyarakat yang sebagian besar aktifitasnya berada di luar ruangan.
"Penggunaan baliho juga masih akan laku di tengah kerumunan aktivitas warga, di daerah perkampungan, atau menyasar pada pengguna jalan dan kalangan yang tidak melek teknologi. Bedanya bahwa media sosial dan online kini dibutuhkan untuk perluasan, utamanya menyasar masyarakat perkotaan dan kalangan remaja," ujarnya.
Editor : Muri Setiawan