get app
inews
Aa Text
Read Next : Kunci Sukses Generasi Z dalam Persaingan Global Era 5.0

Kenalkan Potensi Ikan Lokal, HIMAKUATIK UBB Datangkan 2 Doktor Muda Ahli Biodiversitas

Jum'at, 18 Agustus 2023 | 15:23 WIB
header img
Seminar Festival Akuakultur 2023 HIMAKUATIK UBB, dengan Tema “Improving Ichthyological Knowledge as an Effort Development of Aquaculture and Conservation of Fishery Resources”. Foto: Istimewa.

BANGKA, Lintasbabel.iNews.id - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), sejak lama merupakan dataran sundaland yang menyimpan banyak sekali potensi-potensi dari mulai tanaman lokal, hingga ikan-ikan lokalnya. 

Hal itu diungkapkan oleh Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB), Prof. Dr. Ibrahim, S.Fil, M.Si ketika membuka kegiatan Seminar Festival Akuakultur (FESTKUA), di Balai Besar Peradaban UBB, Rabu (15/8/2023).


Seminar Festival Akuakultur 2023 HIMAKUATIK UBB, dengan Tema “Improving Ichthyological Knowledge as an Effort Development of Aquaculture and Conservation of Fishery Resources”. Foto: Istimewa.
 

"Ikan-ikan lokal ini kalo di Babel, sudah mulai kita inisiasi sejak tahun 2007, namun karena waktu itu tenaga kerja dosen banyak sekali studi lanjut, sehingga Alhamdulillah kesempatan di tahun-tahun ini semoga ini menjadi penggerak kembali untuk kita mampu menembus potensi ikan lokal kita. Tentunya ini merupakan potensi  masa depan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, dimana ikan lokal ini dengan harga jual yang lumayan harus diperhatikan konservasi, keberlanjutan, dan keterjagaannya di alam," kata Ibrahim.

Seminar FESTKUA sendiri dibuka langsung dengan pemukulan gong secara simbolik oleh Prof. Dr. Ibrahim, S.Fil, M.Si yang didampingi oleh Mustobi Prananda selaku Ketua HIMAKUATIK UBB, Dr. Ardiansyah Kurniawan, S.Pi.,M.P pembina HIMAKUATIK UBB, Nugroho Budi Susilo S.T Kepala K3LH PT. Timah, Swarlanda Pembina Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung dan kedua narasumber Dr. Veryl Hasan, S.Pi., M.P, dan Dr. Josie South.

Seminar Festival Akuakultur menjadi salah satu rangkaian dari Festival Akuakultur yang merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Kultur Akuatik (HIMAKUATIK). Dimana tahun ini, selain seminar kegiatan lainnya yaitu ada kontes ikan koki, koi, pameran ikan lokal, pameran aquascape, lomba infografis, lomba mini vlog, lomba mewarnai,pameran karya mahasiswa dan stand bazar, ucap Mustobi Prananda dalam sambutannya.

"Terima kasih kepada panitia yang sudah bekerja keras, sudah mampu mendatangkan  pembicara-pembicara hebat dalam seminar ini, tentunya ini adalah kesempatan langka yang kita harus kesini membawa gelas kosong artinya siap di isi oleh ilmu beliau-beliau ini,” ucap Ibrahim.

Dikatakan Ibrahim, bahwa sudah waktunya Babel mempunyai instalasi perikanan ikan lokal sehingga setiap tamu-tamu yang datang, ada potensi yang dapat diperlihatkan. 

"Ikan lokal kita sejak tahun 2003 sudah keluar sebenarnya. Saya ingat waktu itu di Jambi ada ikan sri gunting pak, sri gunting ini ekornya seperti gunting. Waktu itu saya tanya ini ikan apa, katanya ini dari Bangka island, hanya ada di kolong-kolong tua bukan di sungai. Kolong tua bekas galian tambang timah yang terkenal di Bangka Belitung, tentunya masih banyak lagi yang lain setiap penggalian potensi perlu konservasi, keberlanjutan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua HIMAKUATIK UBB, Mustobi Prananda mengapresiasi pihak kampus yang sudah memfasilitasi kegiatan ini.

"Alhamdulillah tahun ini kita bisa mengadakan Seminar Festival Akuakultur dengan menghadirkan narasumber yang luar biasa yaitu Dr. Josie South dari University of Leeds, Inggris dan Dr. Veryl Hasan, S.Pi., M.P. dari Airlangga University, Jawa Timur. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak Universitas Bangka Belitung dan Jurusan Akuakultur yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga kegiatan ini bisa terlaksana," kata Mustobi.

"Semoga hari ini kita bersama-sama bisa mengwujudkan itu, saya bangga sekali pada anak-anak muda kita, kepada mahasiswa-mahasiswi kami, selamat kepada anda. Ayo kita serap ilmu sebanyak-banyaknya dari pembicara kita di hari ini," kata Dr. Ardiansyah Kurniawan, S.Pi.,M.P pembina HIMAKUATIK UBB dalam sambutannya.

Prof. Ibrahim menambahkan, dirinya sebagai rektor universitas sangat berkomitmen untuk mendukung program biodiversitas ini dan akan mensupport untuk explore, pendataan biodiversitas dan konservasi ikan lokal dan endemik Bangka Belitung. Dia juga menyebutkan beberapa spesies endemik yang ada di Indonesia dan sangat tertarik dengan ikan tempalak endemik seperti Wild Betta burdigala dan Wild Betta Chloroparix.

Ibrahim juga sangat senang dengan kehadiran Dr. Josie dan Dr. Veryl yang akan mengedukasi mahasiswa tentang biodiversitas ikan lokal dan ikan endemik. Dia berharap untuk ada kerjasama nantinya dengan Leeds university sehingga dapat mendatangkan kembali Dr. ke Universitas Bangka Belitung untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa. 


Seminar Festival Akuakultur 2023 HIMAKUATIK UBB, dengan Tema “Improving Ichthyological Knowledge as an Effort Development of Aquaculture and Conservation of Fishery Resources”. Foto: Istimewa.
 

Selain mempelajari tentang biodiversitas, kehadiran Dr. Josie juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa inggris mahasiswa karna materi yang akan dibawakan berbahasa inggris, ini akan mendukung tujuan Universitas Bangka Belitung untuk menjadi salah satu universitas bertaraf Internasional.

Acara yang berlangsung dari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB ini dihadiri sebanyak 205 peserta dari target peserta sebanyak 150 orang. Peserta yang hadir meliputi mahasiswa jurusan Akuakultur, delegasi setiap Ormawa UBB, perwakilan Dosen se Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung, DKP Provinsi, DKP kota, kantor bahasa dan HIMASERDA UNMUH.

Dr. Josie merupakan Dr Muda dari Universitas Of Leeds, United Kingdom, dimana dia menyelesaikan program doktornya di usia 24 tahun dari Queen’s University, UK. Dia juga sudah menyelesaikan sebanyak 2 kali program post doctoral di Afrika dengan tema Biodiversitas Perairan. Sebanyak lebih dari 40 jurnal internasional bereputasi telah diterbitkan oleh Dr. Josie, dan beberapa diantaranya adalah keragaman ikan di Kepulauan Bangka dan Belitung. 

Beberapa tulisan terakhir Dr. Josie juga berkolaborasi dengan Universitas Bangka Belitung, Jurusan Akuakultur Fitri Sil Valen, M.P. Dr Josie sangat ahli di bidang Ekologi Perairan terutama dalam mengembangkan solusi terukur untuk memprediksi hasil dari berbagai pemicu stres yang berinteraksi dalam sistem perairan untuk mempromosikan inisiatif konservasi air tawar. 

"Bahwa ada sebanyak 1/3 ikan air tawar di dunia sudah punah, setidaknya 80 spesies air tawar yang sudah punah. Kepunahan ini terjadi akibat beberapa interaksi dan stress dari lingkungan," kata Dr. Josie saat memberikan paparan di hadapan para peserta.

Dr. Josie menyebut, ditinya telah mempelajari tentang interaksi lingkungan sebagai pemicu stress yang mengakibatkan kepunahan ikan air tawar ini, sehingga dapat memberikan tindakan awal untuk konservasi pada ikan-ikan lain dalam mencegah kepunahan.

"Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, dan potensi kehilangan spesiesnya pun juga tinggi. Keberadaan biodiversitas ini sangat penting untuk penyediaan makanan dan mempertahankan rantai makanan di alam. Jika satu spesies punah maka rantai makanan akan rusak," katanya.

Dr. Josie berpendapat, untuk menghindari stress lingkungan maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu pertama, biarkan sungai mengalir secara alami, dimana memutus aliran sungai atau mengalihfungsikan sungai akan mengganggu proses migrasi ikan dan proses transfer energi dari hulu ke hilir.

"Kedua, meningkatkan kualitas perairan pada ekosistem air tawar atau ekosistem sungai, sehingga dapat meminimalisisr stress terhada biota perairan. Ketiga, melindungi habitat yang kritis. Yang keempat, adalah menekan over fishing (penangkapan berlebihan) sehingga spesies dapat berkembang biak dengan baik. Kelima, mengontrol ikan invasif, dan yang terakhir melindungi aliran sungai dan menghindari adanya dam," tuturnya.

Dari beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari stress lingungan dan mengganggu keberadaan ikan air tawar, ada satu hal yang menjadi point utama oleh Dr. Josie, yaitu keberadaan ikan invasive pada habitat alami/ sungai. Kehadiran ikan invasif berdampak negatif terhadap keberadaan ikan lokal dan ikan endemik di habitat. Ikan invasive awalnya adalah ikan luar yang diperkenalkan ke habitat baru atau lebih dikenal dengan ikan introduksi, kemudian beberapa ikan invasive sukses berkembang biak dan mendominasi perairan yang disebut spesies invasif. 

"Keberadaan ikan invasive ini jelas akan menggangu ikan lokal dan endemik sebagai kompetitor dalam perebutan makanan dan wilayah toritorial. Ikan invasive memiliki kemampuan adaptasi dan perkembangan yang baik sehingga ikan lokal dan ikan endemik akan kalah dan menghidar dari habitat tersebut. Selain itu beberapa ikan invasif akan bertindak sebagai predator dan agen pembawa penyakit. Sehiangga akan mempercepat kepunahan ikan lokal dan endemik yang ada di habitat tersebut," ujarnya.

Dalam hal ini, Dr. Josie melakukan deteksi terhadap kehadiran ikan asing / ikan alien dihabitat, lalu melakukan penilaian akan bahaya dan risiko kehadiran ikan asing kemudian membuat respon yang temanajemen untuk melakukan tindakan pencegaha spesies asing menjadi invasif untuk menyelamatkan biodiversitas. 

"Kesimpulannya, bahwa telah terjadi kehilangan biodiversitas secara ekstrim, kemudian ikan lokal, endemik sangat penting untuk sumber makanan, perekonomian masyarakat setempat dan budaya dan kehadiran ikan invasif telah menggeser keberadaan ikan lokal dan invasif," ucap Dr. Josie.

Sementara itu, pemateri lainnya yakni Dr. Veryl Hasan, merupakan dosen dan peneliti di bidang Ichtiologi dan Biodiversitas ikan air tawar Indonesia. Sebanyak lebih dari 50 artikel ilmiah internasional bereputasi yang telah diterbitkan oleh Dr. Veryl dalam 5 tahun terakhir. Beberapa artikel tersebut juga berkolaborasi dengan Dosen Universitas Bangka Belitung, Jurusan Akuakultur Fitri Sil Valen, M.P.  

Dr. Veryl hasan juga penerima penghargaan sebagai peneliti muda dibidang perikanan tahun 2022 di Vietnam. Dr Veryl memberikan materi dengan tema “Iktiologi: instrument utama riset perikanan dan kelautan” pada acara FESTKUA. 

Dr. Veryl mengawali materi dengan memperkenalkan para peneliti terdahulu ikan air tawar Indonesia, diawali dengan “Achille Valenciennes” yang telah mendata ikan air tawar Indonesia dari tahun 1794-1865. Sejak jaman penjajahan. Menurut Dr. Veryl, belajar ichtiologi artinya belajar sejarah. Banyak sejarahwan asing telah mendata ikan air tawar, setelah Valenciennes ada Georges Cuvier, Heinrich Kuhl, Van Hasselt, Pieter Bleeker, Max Weber. Kemudian beberapa peneliti modern ada Maurice Kottelat, Tan, Reny K. Hadiaty, Daniel Lumbantobing dan Yohanes Baptista. 

"Indonesia patutnya bangga karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, dimana Indonesia memiliki juga ikan air tawar terbesar di dunia dan terkecil di dunia," kata Dr. Veryl.

Sebelum mendalami ikan air tawar, Dr. Veryl menyampaikan bahwa, setidaknya kita tahu penelompokan ikan air tawar, seperti:

  1. Ikan lokal yang sudah ada sejak awal evolusi mendiami suatu wilayah tertentu dan membentuk komunitas akuatik alami. 
  2. Ikan endemik yang penyebarannya terbatas disuatu wilayah atau terisolir secara geografi
  3. Ikan Asing/alien fishes yaitu ikan yang berasal dari luar wilayah distribusi alaminya yang dapat menimbulkan kerusakan secara ekosistem secara isidental namun belum menjadi wabah.
  4. Ikan invasif yaitu ikan asing yang masuk kesuatu habitat dan telah menjadi wabah.

"Bangka Belitung sendiri memiliki ke empat kelompok tersebut. Di Bangka sendiri terdapat 7 jenis ikan endemik yang hanya ada di Pulau Bangka dan bahkan ada di beberapa sungai atau di satu habitat saja di pulau Bangka. Contohnya Wild Betta burdigala dan Enchoclarias Taipnopterus," tuturnya.

Dr. veryl hasan berharap mahasiswa UBB dapat mengenali dan mencintai ikan lokal dan ikan endemik Bangka Belitung, sudah saatnya ikan lokal dan ikan endemik dikembangkan dan menjadi topik penelitian. 

"Karena pada kenyataannya selama ini yang dikembangkan dan menjadi komoditi penelitian adalah ikan invasif atau ikan alien. Padahal ikan lokal dan ikan endemik sudah mendunia, terkenal dengan keindahannya. Selain itu ikan tersebut juga lebih enak apabila dikonsumsi. Selain itu keberadaan ikan lokal dan endemik dapat dijadikan sebagai ekowisata seperti yang sudah dilakukan di sungai berantas. Jadi yang biasanya ikan tersebut ditangkap dan dijual, tapi setelah jadi ekowisata ikan tidak perlu ditangkap namun tetap dapat meningkatkan perekonomian warga setempat," katanya.

Selain konservasi di alam, domestikasi juga harus menjadi perhatian kita bersama, dalam domestikasi ada beberapa aspek yang harus di perhatikan yaitu reproduksinya, pakan, penyakit dan rekayasa lingkungan. Setelah menguasai empat hal ini maka kegiatan domestikasi ikan lokal dan endemik tidak akan sulit.

"Dalam reproduksi kita dapat melakukan pemijahan alami dengan memanipulasi lingkungan atau pemijahan buatan dengan memanfaatkan hormonal. Kita juga dapat memproduksi sendiri pakan alami dan buatan. Untuk penyakit, kita dapat melakukan pencegahan, identifikasi pembuatan imonostimulan untuk mencegah terjadinya penyakit (virus, bakteri dan parasit) yang dapat menyerang ikan lokal dan ikan endemik," katanya.

Kemudian ada hal yang tidak kalah penting dari pengetahuan ikan lokal, endemik dan upaya konservasi dan domestikasi, yaitu “menulis”, karena ilmu yang kita dapatkan apabila tidak ditulis (dipublikasikan) maka akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.

 

Editor : Muri Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut