BANGKA BARAT, lintasbabel.id - Ikan buntal memang dikenal sebagai salah satu hewan laut yang memiliki racun mematikan. Maka tak heran sangat jarang sekali masyarakat mengkonsumsi hewan yang juga disebut ikan Fugu ini.
Dilansir dari situs alodokter.com, dalam ikan ini terdapat racun tetrodotoksin yang dapat menyerang sistem saraf dan sangat mematikan.
Namun, ditangan Beni (46) warga Desa Rambat, Kecamatan Simpang Teritip, Kabupaten Bangka Barat. Ikan beracun ini justru diolah menjadi kerajinan tangan yang unik.
Kulit ikan buntal yang memiliki tekstur keras, kasar dan berduri, disulap Beni menjadi hiasan kepala seperti topi koboy dan peci.
"Awalnya tahun 2019 iseng saja coba mengolah kulit ikan buntal ini kok bisa keras gini, bahkan sempat saya dikira orang stress. Terus coba buat kayak topi atau peci dititipkan ke acara pameran, malah ada yang suka terus buat lagi," kata Beni, Minggu (9/1/2022).
Beni kemudian menjelaskan proses pembuatan topi koboy atau peci, hingga bisa menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis.
"Bagian yang dibuang hanya isi (daging), diambil bagian kulit terus kepala sampai sirip. Kemudian kulit tadi dijemur dulu, terus langsung dibentuk polanya pake baskom dan diikat dengan benang nilon. Dijemur lagi sampai kering, lalu dipotong, dirapikan, dipercantik sesuai dengan keinginan, mau itu topi atau peci," ucapnya.
Kerajinan tangan yang dibuat oleh Beni, dibanderol mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 500.000. Tergantung jenis, ukuran, dan tingkat kesulitan pembuatannya.
"Kalau peci agak kecil ini dijual Rp250 ribu, kalau topi koboy Rp400 ribu hingga Rp500 ribu. Sama sebenarnya ada juga lampu lampion juga dijual Rp250 ribu. Untuk penjualan memanfaatkan media sosial seperti Facebook atau Whatsapp, jadi juga dibantu jual sama teman. Penjualannya ada di sekitar Bangka sinilah, ada juga sampai Bekasi," tuturnya.
Sebelum pandemi Covid-19, Beni mengaku per pekannya ia bisa menjual hasil kerajinan tangannya sebanyak 10 buah.
"Kalau kemarin sebelum pandemi bisa jual 10 buah per minggu, cuma kondisi pandemi gini agak susah, buat berdasarkan pesanan saja. Kalau ditanya harapan, harapannya ada bantuan dari pemerintah setempat soal pemasaran, karena permasalahan saya itu saja di bagian pemasaran," katanya.
Editor : Haryanto