PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Merayakan puncak hari raya Ceng Beng atau sembahyang kubur, masyarakat keturunan Tionghoa, di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung berziarah ke makam leluhur.
Ceng Beng di Pemakaman Sentosa Kota Pangkalpinang. Foto: Lintasbabel.iNews.id/ Irwan Setiawan.
Kegiatan ini dilakukan sejak dini hari hingga jelang siang, dengan melakukan sembahyang dan meletakan sesajian, berupa aneka buah-buahan, ayam atau babi, arak, aneka kue dan makanan vegetarian, uang kertas atau kimcin yang di taruh di makam.
Mereka kemudian menggelar ritual dan mendoakan para orangtua dan leluhur, baik yang dimakamkan di area setempat maupun tempat lain, dengan harapan Tuhan memberikan tempat terbaik.
Tidak cuma berdoa, di makam mereka merapikan dan memperindah makam para leluhur.
Ceng Beng di Pemakaman Sentosa Kota Pangkalpinang. Foto: Lintasbabel.iNews.id/ Haryanto.
Salah satu penziarah, Viora menuturkan momentum Ceng Beng ini biasa dimanfaatkan warga Tionghoa, keturunan untuk berkumpul bersama keluarga, khususnya mereka yang dari perantauan biasanya akan pulang kampung.
"Ya setiap tahun sekali lah, jadinya ada selain tradisi Ceng Beng, kita bisa bilang ini buat kumpul keluarga," kata Viora, Rabu (5/4/2023).
Tradisi Ceng Beng muncul pertama kali pada era Dinasti Han, (202 M hingga 220 M) Kemudian tradisi ini menjadi familiar pada zaman Dinasti Tang (618-907 M) dan tetap lestari hingga kini.
"Cheng Beng itu biasanya dilaksanakan, pada tanggal 4 ataupun tanggal 5 dalam kalender masehi, kalau tanggal 4 April itu biasanya pelaksanaan pada tahun kabisat, sedangkan 5 April itu adalah tahun biasa. Cheng itu sendiri artinya bersih, jadi seminggu atau dua minggu sebelum hari H tanggal 4 ataupun tanggal 5 keluarga sudah mulai melakukan pembersihan terhadap makam," kata Ahmad Elvian, Sejarawan Bangka Belitung.
Lebih lanjut ia menuturkan sedangkan Beng-nya artinya terang yaitu menjelang terbitnya matahari, sampai siang mereka akan melakukan ritual, penghormatan terhadap leluhur.
Puncak Ceng Beng jatuh pada setiap 5 April, akan tetapi masyarakat keturunan Tionghoa sudah menyambut, sekitar dua pekan sebelumnya.
Di Pangkalpinang, warga Tionghoa keturunan biasanya ramai menggelar ritual ini di pemakaman Sentosa yang memiliki area pemakaman 19 hektar dengan lebih dari 3 ribu makam.
Editor : Muri Setiawan