PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Hujan asam, penyebab, proses, dan dampaknya, akan kita ulas pada artikel kali ini. Hujan asam mungkin asing bagi sebagian besar orang, karena selama ini mereka hanya mengetahui hujan pada umumnya yang berupa air biasa.
Hujan asam sendiri adalah hujan dengan kandungan pH di bawah 5,6. Hujan ini meliputi hujan deposisi basah seperti butiran air atau rintik-rintik, hujan es, hujan salju atau kabut.
Meliputi juga hujan deposisi kering, seperti gas, debu, dan partikel padat lainnya dengan tingkat keasaman atau pH di bawah normal.
Biasanya hujan asam diakibatkan dari pencemaran udara yang sangat buruh, sehingga menyebabkan turunnya asam dari lapisan atmosfer bumi.
Salah satu penyebab terjadinya hujan asam adalah karena adanya sulfur dan nitrogen dalam uap air. Senyawa ini dihasilkan dari aktivitas industri, pembangkit listrik dari kendaraan bermotor, dan amonia dari kegiatan pertanian, serta pembakaran suhu tinggi.
Penyebab lainnya adalah buruknya kualitas udara atau pencemaran udara, yang menghasilkan karbondioksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.
Secara alamiah, hujan asam bisa disebabkan dari adanya semburan gunung berapi, atau pun dari proses biologis yang terjadi di tanah, rawa, dan laut.
Hujan asam dapat terjadi ketika belerang (sulfur) dan nitrogen di udara bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NOx).
Zat-zat tersebut kemudian berdifusi ke atmoser dan bertemu dengan air kemudian bereaksi membentuk asam sulfat dan asam nitrat. Zat tersebut adalah senyawa asam tinggi yang bersifat mudah larut, sehingga akan bergabung dan jatuh bersama dalam bentuk air hujan asam.
Adapun dampak hujan asam adalah sebagai berikut :
1. Ekosistem Air Terganggu
2. Menyebabkan Karat atau Korosi
3. Menurunkan Kesuburan Tanah
4. Mengganggu kesehatan manusia seperti pada tenggorokan, asma, iritasi pernapasan, serta batuk kering.
Itu tadi ulasan tentang hujan asam, penyebab, proses dan dampaknya bagi lingkungan. Semoga bermanfaat!
Editor : Muri Setiawan