LIMBAH merupakan bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan lagi dari hasil kegiatan manusia baik pada skala rumah tangga, industri maupun pertambangan. Limbah mengalami peningkatan dalam jumlahnya seiring dengan jumlah penduduk dengan segala kegiatannya, maka jumlah limbah yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan.
Manusia sebagai pelaku konsumsi akan menghasilkan limbah sebagai hasil dari kehidupan sehari–harinya, limbah yang dihasilkan juga dapat berupa limbah padat, cair maupun gas. Jenis-jenis dari limbah rumah tangga ini ada tiga macam, yaitu:
- Limbah padat yang merupakan bahan sisa, baik bahan – bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya yang dari segi ekonomis. Limbah padat atau sampah yang bersumber dari limbah rumah tangga meliputi sampah organik adalah sampah yang bisa terurai dengan sendirinya, karena bisa membusuk misalnya sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan, nasi, dan sebagainya. Dan sampah anorganik adalah limbah yang tidak bisa atau sulit diuraikan oleh proses biologi, misalnya plastik, kaca, bersumber dari peralatan rumah tangga, alumunium, kaleng, dan sebagainya.
- Limbah cair/ air limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, restoran, mall, dan lain – lain. Contohnya air bekas cucian pakaian atau peralatan makan, air bekas mandi, maupun sisa makan berwujud cair. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan.
- Limbah gas yang meliputi tinjau dan urine. Keseimbangan ekosistem tanah, air, dan udara dapat terganggu karena pencemaran ekosistem oleh berbagai jenis bahan pencemar biologis, kimiawi, maupun fisik yang terdapat pada tinja dan limbah cair. Oleh karena itu, pembuangan tinja dan limbah cair yang aman dan saniter, akan mencegah pencemaran lingkungan.
Upaya yang harus dimanfaatkan dari limbah rumah tangga ini berkaitan dengan ketahanan pangan, dikarenakan lahan di Bangka Belitung memiliki status lahan dengan mayoritas status lahan kritis yang mencapai seluas 123.000 ha akibat aktivitas penambangan bijih timah (Ridwan 2022), tetapi menurut catatan (Walhi Babel 2022), menyebutkan bahwa angka lahan kritis lebih luas dari data ini, pada tahun 2017, lalu mereka menyebutkan seluas 1 juta ha di pulau ini dalam kondisi kritis.
Jumlah ini mencapai 62 persen dari luas daratan Babel. Kerusakan lahan ini terutama disebabkan aktivitas tambang timah. Total luas Kepulauan Babel sendiri tercatat 1,6 juta Ha. Seluas 3/4 luas tersebut masuk dalam wilayah IUP Pertambangan skala besar maupun inkonvensional.
Menurut mereka, pertambangan tak hanya merusak lingkungan hidup melainkan juga membahayakan kehidupan rakyat. sehingga wilayah Bangka Belitung rentan secara ketahanan pangan, bumbu dan makanan pokok yang disuplai dari luar daerah.
Menurut (Bappeda 2022), ada tiga aspek yang dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan yaitu sebagai berikut :
- Ketersediaan pangan berkaitan dengan peningkatan produksi pangan.
- Penguatan cadangan pangan.
- Penyediaan pangan berbasis lokal.
Pemanfaatan limbah rumah tangga juga dapat diubah menjadi kompos dari limbah padat organik untuk pemberian pupuk dalam skala penanaman di rumah tangga, seperti kentang, cabai, bawang merah dan bawang putih pada media pot di area perkarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari seiring menekan angka dalam impor dan inflasi pangan tersebut.
Setiap daerah memiliki keunggulan/komoditas yang bisa dijadikan prioritas untuk menekan laju inflasi. Sebagai contoh di Sumatra Utara saat ini stok komoditi cabai merah melimpah.
Sedangkan di daerah lain stok komoditi ini tidak ada (Edy 2020), jadi alangkah baiknya apabila hari ini kita dapat memanfaatkan area perkarangan rumah menjadi tempat penanaman yang dapat diproduksikan di setiap rumah untuk kebutuhannya masing-masing.
Pemberian pupuk juga dapat menggunakan kompos dengan cara pemanfaatan limbah rumah tangga organik yang dapat membantu laju pertumbuhan tanaman serta dapat meningkatkan habitat mikroba tanah untuk menghasilkan kandungan–kandungan unsur hara secara alami untuk tanaman, selain itu juga pupuk organik dari kompos dapat memperbaiki kondisi lahan yang kritis di Bangka Belitung.
Artikel ini ditulis oleh: Vania Putri, Mahasiswa Magister Ilmu Pertanian UBB.
Editor : Muri Setiawan