JAKARTA, Lintasbabel.iNews.id - Contoh teks hikayat bisa kalian pelajari dari artikel berikut ini. Selain contoh, juga akan dibahas tentagn pengertian dan ciri-ciri teks hikayat yang dapat memperkaya referensi kalian dalam belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah maupun di rumah.
Hikayat sendiri adalah sebuah karya sastra yang berisi cerita, undang-undang dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, grafis dan sifat sifat lainnya yang sejenis.
Dilansir dari buku bertajuk Memahami Hikayat Dalam Sastra Indonesia (1985) karya Baroroh Baried dkk, hikayat merupakan nama jenis sastra lama yang memakai bahasa Melayu sebagai wahananya. Umumnya, hikayat menceritakan tentang kehidupan dari keluarga istana, kaum bangsawan atau pun juga orang-orang ternama dengan segala kegagahan, kehebatan, kesaktian ataupun juga kepahlawanannya.
Hikayat berfungsi untuk menumbuhkan jiwa kepahlawanan, membangkitkan semangat juang dan untuk mengabadikan segala kejadian yang dialami oleh para raja.
Hikayat memiliki beberapa jenis dengan ciri-cirinya, sebagai berikut:
Jenis-jenis Hikayat
1. Hikayat Jenis Rekaan
Ciri-ciri hikayat jenis ini memiliki struktur cerita tentang kehidupan kerajaan. Tujuan jenis ini adalah untuk menghibur. Memiliki tokoh yang berakhir bahagia, pesan moral, dan bersifat stereotip.
Contoh: peperangan antarkerajaan, keajaiban dan kekuatan, serta percintaan antartokoh istana.
2. Hikayat Jenis Sejarah
Ciri hikayat jenis sejarah yaitu nama-nama tempat yang diceritakan muncul dalam geografis, tokoh cerita dikaitkan dengan nama-nama besar dalam sejarah dan isi kandungan ceritanya berupa silsilah.
3. Hikayat Jenis Biografi
Ciri-ciri hikayat jenis biografi, yaitu berlatar belakang sejarah atau peristiwa yang pernah terjadi, penceritaan berpusat pada tokoh yang memiliki kekuatan moralitas dan ilmu pengetahuan dan tidak lepas dari unsur fiktif.
Contohnya: Hikayat Hang Tuah dalam karya prosa klasik Minangkabau berjudul Kaba Hang Tuah versi Sjamsuddin St. Radjo Endah.
Nah, setelah memahami jenis-jenis hikayat, berikut ini adalah beberapa ciri umum sebuah teks hikayat:
Ciri-Ciri Hikayat Secara Umum
1. Bahasa: dalam hikayat, bahasa yang digunakan biasanya adalah bahasa Melayu klasik.
2. Kemustahilan: biasanya mengandung kemustahilan baik segi cerita maupun kebahasaan.
3. Kesaktian: dalam cerita hikayat ini biasanya tokohnya memiliki kesaktian. Contohnya toko utama dapat menghilang.
4. Anonim: biasanya dalam cerita hikayat, penulis tidak diketahui karena penyampaiannya yang secara lisan.
Baiklah, untuk memudahkan belajar teks hikayat, berikut ini beberapa contoh teks hikayat yang sangat familiar di Indonesia:
1. Hikayat Raja-raja Pasai
Ada dua orang raja bersaudara. Yang tua bernama Raja Ahmad dan adiknya adalah Raja Muhammad. Raja Muhammad beroleh seorang anak putri yang elok parasnya di dalam sebatang bambu di tengah hutan. Dia diberi nama putri Betong. Demikian juga Raja Ahmad beroleh seorang anak laki-laki, yang dibawa oleh seekor gajah dan diberi nama Merah Gaja.
Merah Gajah kemudian dikawinkan dengan Putri Betong dan beroleh dua orang anak laki-laki, yaitu Merah Silu dan Merah Hasum. Sepeninggal kedua orang tuanya, ibunya menghilang karena sehelai rambutnya yang berwarna putih perak dicabut oleh ayahnya (Merah Gajah) dan ayahnya mati terbunuh, Merah Silu menjadi kaya raya karena dapat mengubah gelang-gelang menjadi emas.
Dia berpindah tempat tinggal dan mendirikan kerajaan . Setelah ia masuk Islam, ia bergelar Sultan Malikul Saleh dan kerajaannya disebut Samudera Darul Islam. Putranya yang bernama Malikul Tahir mendirikan Kerajaan Pasai, yang disesuaikan dengan anjing perburuannya yang mati di tempat itu. Ia berputra dua orang, Malikul Mahmud dan Malikul Mansur.
Pada waktu Pasai diserang oleh Siam, Malikul Mahmud memimpin peperangan melawannya; Siam pun kalah. Malikul Mahmud menggantikan ayahnya menjadi RajaPasai. Adiknya, Malikul Mansur, diasingkan karena dianggap bermusuhan terhadapnya. Narnun, Sultan Malikul Mahmud kemudian sangat menyesal dan pilu hatinya ketika mendengar berita bahwa adiknya telah meninggal dalam pengasingan.
Ia pun jatuh sakit dan mangkat, Ialu digantikan oleh Sultan Ahmad. Sultan Ahmad berkuasa mutlak. Putranya lima orang, yaitu Tun Beraim Bapa, Tun Abdul Jalil, Tun Abdul Fazil, dan dua orang putri (Tun Madim dan Tun Takiah Dara). Karena Tun Beraim Bapa menghalang-halangi niat Sultan Ahmad (ayahnya) yang akan memperistri putrinya sendiri, ia disingkirkan dengan dibunuh. Demikian juga Tun Abdul Jalil dibunuhnya karena Sultan Ahmad menghendaki calon istrinya adalah Putri Gemerancang, putri Maharaja Majapahit. Begitu mengetahui kekasihnya terbunuh, Putri Gemerancang menenggelamkan diri ke dalam lautan bersama dengan kepalanya.
Raja Majapahit menjadi sangat murka; Pasai diserang dan dikalahkannya. Sultan Ahmad melarikan diri dari Pasai. Pada bagian akhir hikayat itu diceritakan tentang ekspansi Majapahit ke Jambi, Palembang, dan Ujong Tanah. Kemenangan diperolehnya dimana-mana. Hanya di Suatang (Minangkabau) Majapahit tidak begitu mujur. Setelah kalah beradu kerbau karena suatu muslihat, laskar Majapahit diserang habis-habisan oleh laskar Suatang.
(Sumber: Kemendikbud)
Pesan Moral:
Balas dendam tidak akan pernah bisa mengganti sebuah nyawa yang hilang, jauhkan dari sifat kehidupan sehari-hari.
2. Hikayat Patani
Phaya Tu Kerub Mahajana ialah raja di kota Maligai. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Phaya Tu Taqpa, yang kesenangannya berburu sebagaimana orang-orang besar pada masanya. Pada suatu ketika seekor pelanduk putih, yang tengah diburunya, menghilang di dekat tempat kediaman seorang tua yang bernama Eneik Tani. Diambil dari nama orang itulah, kerajaan yang didirikannya kelak di tempat itu diberi nama Petani.
Setelah Islam masuk, raja Phaya Tu Naqpa berganti gelar Sultan Ismail Syah Zillullah Fil Alam. Sejak saat itu seluruh rakyat Petani menjadi Islam. Sepeninggal baginda, pemegang kerajaan digantikan oleh putranya yang sulung, Sultan Mudhaffar Syah. Ia mengadakan hubungan persahabatan dengan Beracau, Raja Siam, dan bahkan memperoleh istri.
Dari istrinya ia beroleh seorang putra, Sultan Patik Siam. Namun, ia berkhianat terhadap Beracau. Beracau diturunkan dari takhta dan dipaksa meninggalkan istana. Akibat tindakan yang menimbulkan salah paham, ia beserta para pengiringnya dapat dikalahkan kembali sehingga Beracau kembali menduduki takhta kerajaan. Adiknya yang menyertainya, Manzur Syah, meninggalkan Siam. Namun, Mudhaffar sendiri tinggal di Siam dan tidak diketahui akhir kesudahannya.
Sultan Manzur Syah pun menggantikannya menjadi raja di Patani. Pada masa pemerintahannya, Patani dua kali berturut-turut diserang oleh Palembang. Namun, akhirnya serangan itu dapat digagalkan. Hubungan dengan Siam diperbaiki dengan mengirimkan suatu keputusan di bawah pimpinan Seri Agar.
Sepeninggal Sultan Manzur Syah terjadi kericuhan di dalam negeri untuk memperebutkan mahkota. Tiga orang raja yang memerintah sesudahnya, yaitu Sultan Patik Siam, Raja Bambang, dan Sultan Bahdur, berturut-turut mati terbunuh dalam intrik itu. Kemudian datanglah masa pemerintahan raja-raja putri, putri Sultan Manzur Syah, yaitu Raja Ijau, Raja Biru, Raja Ungu, Raja Emas, Raja Bima (pria), dan Raja Kuning, Raja Kuning adalah anggota dinasti Phaya Tu Kerub Mahajana yang terakhir. Kemudian dinasti Kelantan menduduki takhta Kerajaan Patani.
(Sumber: Kemendikbud)
Pesan Moral:
Janji adalah sebuah keputusan yang sakral, hindari untuk mengingkari karena waktu tidak akan bisa diputar kembali.
3. Hikayat Hang Tuah
Sekali peristiwa ada seorang raja keinderaan. Maka raja itu terlalu besar kerajaannya, pada segala raja indera seorang pun tiada menyamai dia; sekaliannya menurut titahnya baginda itu. Syahdan apabila baginda ke luar, dihadap oleh segala raja-raja dan menteri hulubalang, maka beberapa pedang yang sudah terhunus kepada kiri kanan baginda itu, dan beberapa puluh bentara yang memangku pedang yang berikatkan emas, bertatahkan ratna mutu manikam. Apabila baginda bertitah pada segala raja-raja dan menteri di kanan, maka bentara kanan menyampaikan titah baginda itu.
Maka apabila baginda memandang ke kiri bertitah, maka bentara kirilah menyampaikan titah baginda itu. Maka apabila baginda memandang ke kanan, maka segala raja-raja dan menteri sekalian menyembah, apabila baginda berpaling ke kiri, maka sekalian laja-raja dan menteri di kiri semuanya menyembah baginda itu. Adapun nama baginda itu Sang Pertala Dewa.
Adapun Sang Potala Dewa itu tahu akan dirinya akan memperoleh anak. Maka anaknya itulah akan menjadi raja di Bukit Seguntang. Maka dari pada anak cucu baginda itu, menjadi raja besar-besar pada akhir zaman. Maka tersebutlah pula perkataan seorang raja, terlalu besar kerajaannya;maka istri baginda itupun hamillah. Setelah genaplah bulannya, maka permaisuri pun betanaklah seorang perempuan, terlalu amat elok rupanya dan kelakuannya. Pada masa zaman itu, seorang pun tiada menyamai rupanya anak raja itu. Maka dinamai deh ayahanda bunda baginda tuan puteri Kemala Ratna Pelinggam. Maka dipeliharakan deh paduka ayahanda bunda baginda dengan sepertinya.
Syahdan maka paduka ayahanda bunda pun terlalu amat kasih akan anakanda baginda itu. Hatta berapa lama, maka beberapa anak laja-raja datanglah hendak meminang tuan puteri itu, akan tetapi tiada diberi oleh paduka bunda baginda, karena segala raja-raja yang hendak meminang itu tiada sama dengan bangsa baginda itu, karena bundanya itu raja keinderaan.
(Sumber: Hikayat Hang Tuah I. Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. 2010)
Pesan Moral:
Bersikap baiklah pada setiap waktu pada orang lain karena kamu tidak akan tahu kelak seseorang tersebut akan menjadi siapa di kehidupanmu.
Itulah tadi contoh teks hikayat lengkap dengan jenis dan ciri-cirinya, semoga bermanfaat!
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Ciri-ciri Hikayat, Pengertian, Jenis dan Contohnya Lengkap "
Editor : Muri Setiawan