Ukraina Mulai Kewalahan Hadapi Pasukan Wajib Militer Rusia, Berharap Pasokan Persenjataan Canggih

Joko Setyawanto
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Foto : Kepresidenan Ukraina.

KIEV, Lintasbabel.iNews.id - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengakui pasukannya digaris depan harus menanggung beban ekstra untuk menghadapi peningkatan jumlah personel Rusia pasca diberlakukannya wajib militer parsial. Zelensky berharap adanya peningkatan pasokan persenjataan canggih untuk menghadapi serangan Rusia. 

Ribuan prajurit wajib militer Rusia kini sudah terlibat pertempuran dengan pasukan Ukraina. Walaupun tanpa dibekali pelatihan yang memadai, kehadiran pasukan tambahan dalam jumlah besar ini, membuat upaya serangan balik Ukraina untuk merebut wilayah yang dicaplok Rusia mulai melambat. 

Dikutip dari Euromaidan Press, Presiden Zelensky dalam rekaman pidato malamnya menyebutkan bahwa kehadiran pasukan wajib militer yang sengaja dijadikan umpan peluru oleh Rusia telah membuat tekanan terhadap pasukan Ukraina di medan perang.

Dirinya berharap bantuan persenjataan yang dikirim Amerika Serikat dan negara-negara sahabat dapat ditingkatkan, untuk menghadapi pertempuran yang lebih besar. 

“Sekarang Rusia menempatkan ribuan orang yang dimobilisasi ke garis depan. Mereka tidak memiliki pelatihan militer yang signifikan, tetapi komando mereka tidak membutuhkannya sama sekali. Mereka berharap bahwa Rusia yang dimobilisasi akan mampu bertahan dari perang setidaknya selama beberapa minggu, lalu mati. Lalu mereka akan mengirim yang baru ke depan.Tetapi selama ini, penggunaan orang-orang Rusia oleh jenderal-jenderal mereka sebagai "umpan meriam" memungkinkan untuk menciptakan tekanan tambahan pada para pembela kami. Ini adalah tekanan penting. Dan saya berterima kasih kepada semua prajurit kita yang menanggungnya. Saya juga berterima kasih kepada mitra yang memahami bahwa dalam kondisi seperti itu kami membutuhkan peningkatan bantuan pertahanan," kata Zelensky.

Menurut data yang dirilis oleh media partisan Ukraina, The Kiev Independent, sejak melancarkan agresi militer ke Ukraina pada 24 Februari hingga 14 Oktober 2022, Rusia telah kehilangan lebih dari 64.300 serdadu, 2.521 tank, 5.172 kendaraan tempur APV, 1.566 unit artileri, 362 unit peluncur rudal MLRS, 186 unit sistem anti pesawat udara, 268 pesawat tempur, 240 helikopter, 1.199 UAV/drone tempur, dan 16 kapal perang termasuk kapal induk peluncur rudal Moscow yang merupakan pemimpin armada laut hitam Rusia. 

 


Kerugian alutsista Rusia sepanjang Invasi ke Ukraina. Foto: The Kiev Independent.
 

Kehilangan prajurit dalam jumlah besar ini membuat Putin melakukan mobilisasi penduduknya untuk ikut bertempur walaupun tanpa dibekali pelatihan yang memadai. Walaupun secara resmi Presiden Putin mengumumkan hanya akan mengirim 30 ribu personil wajib militer yang memiliki pengalaman tempur, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa sedikitnya 1 juta personil wajib militer akan dikirim kemedan pertempuran untuk membendung serangan balik Ukraina.

 

Editor : Muri Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network