JAKARTA, lintasbabel.id - Zenius dan LinkAja melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada sejumlah karyawannya. Zenius Education, sebuah startup yang bergerak di bidang pendidikan, secara resmi melakukan PHK pada ratusan karyawan akibat tekanan ekonomi yang menimpa perusahaan.
"Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan Zenius," ungkap manajemen Zenius, dikutip Kamis (26/5/2022).
Berkaitan dengan keputusan ini, Zenius memastikan akan menyiapkan strategi ke depan demi memastikan bisnis tetap berjalan, salah satunya perubahan peran fungsi bisnis dengan optimalisasi.
"Saat ini kita sedang mengalami kondisi makro ekonomi terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Untuk beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang memengaruhi industri, Zenius perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan," lanjut Zenius.
Manajemen Zenius memastikan, karyawan yang di PHK akan mendapatkan pesangon sesuai peraturan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.
"Zenius memahami bahwa ini adalah masa sulit bagi karyawan yang terdampak, sehingga perusahaan akan melanjutkan manfaat asuransi kesehatan mereka hingga 30 September 2022, termasuk untuk anggota keluarga mereka. Selain itu, Zenius juga memperpanjang layanan konseling kesehatan dengan konsultan pihak ketiga kami hingga 30 September 2022," tulisnya.
Bahkan, Zenius juga menegaskan komitmen mereka dalam membantu karyawan yang terdampak PHK untuk menemukan pekerjaan baru dengan membagikan data pribadi mereka kepada perusahaan atau institusi pendidikan lain.
"Zenius juga menyarankan tim pembuat konten untuk melamar posisi Tentor di cabang Primagama. Selama proses transisi, Zenius berkomitmen untuk memastikan bahwa semua hak dan dukungan yang dibutuhkan karyawan terdampak terpenuhi sebagaimana mestinya," pungkas Zenius.
Kasus PHK Zenius menambah panjang daftar perusahaan rintisan yang memutuskan penghematan keuangan setelah sebelumnya dompet digital berutan BUMN, LinkAja melakukan PHK ratusan karyawan.
Bahkan pada Februari lalu, perusahaan agrobisnis berbasis teknologi TaniHub menghentikan operasional dua warehouse atau pergudangan yakni di Bandung dan Bali. Startup pertanian ini juga melakukan PHK karyawan.
Salah satu pengamat ekonomi, A Prasetyantoko yang berasal dari Kompas mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan sebagai sebuah sejarah yang berulang. Ini sejalan dengan beberapa pengamat yang membicarakan mengenai ‘gelembung dotcom’.
Menurutnya, jatuhnya nilai saham perusahaan teknologi belakangan ini ditandai dengan merosotnya pertumbuhan ekonomi yang disertai inflasi tinggi atau yang lebih dikenal dengan stagflasi.
Merosotnya saham teknologi ini juga merupakan dampak dari adanya kenaikan inflasi yang mencapai 5,7 persen di negara maju dan 8,7 persen di negara berkembang. Hal ini didasarkan dari terbitan berkala Dana Moneter Internasional, World Economic Outlook edisi April 2022.
Selain itu, pecahnya perang Rusia-Ukraina yang masih terus berlangsung hingga sekarang juga turut membawa imbas dalam goyahnya perekonomian global yang terjadi belakangan ini.
Editor : Muri Setiawan