PANGKALPINANG, Lintasbabel.iNews.id - Siapa pemilik Toko Buku Gunung Agung, menarik untuk disimak. Toko buku ini mengumumkan akan menutup seluruh gerainya pada tahun ini.
Toko Buku Gunung Agung sendiri berada di bawah manajemen PT GA Tiga Belas. Toko ini dikabarkan mengalami kerugian besar, seperti yang diungkapkan oleh Manajemen PT GA Tiga Belas secara resmi seperti yang dikutip, pada Senin (22/5/2023).
"Pada akhir 2023 ini kami berencana menutup toko/outlet milik kami yang masih tersisa. Keputusan ini harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar," terang Manajemen PT GA Tiga Belas.
Perusahaan ini juga telah melakukan efisiensi, dan terpaksa menutup gerai Bogor, Bekasi, Jakarta, Surabaya, Semarang, Magelang dan Gresik. Hanya ada lima gerai saja, yang saat ini masih beroperasi.
Siapa Pemilik Toko Buku Gunung Agung
Toko Buku Gunung Agung bernaung di bawah PT Gunung Agung Tiga Belas atau PT GA Tiga Belas. Perusahaan ini berdiri sejak 1953.
Berawal dari sebuah kios kecil, Toko Buku Gunung Agung sempat merasakan kejayaan hingga outletnya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Toko Buku Gunung Agung, sangat dikenal oleh masyarakat karena outletnya yang rata-rata berada di area pusat perbelanjaan. Tidak hanya buku, bisnis Toko Buku Gunung Agung juga merambah ke produk-produk peralatan perkantoran.
Toko Buku Gunung Agung bahkan sempat disebut sebagai toko buku terbesar kedua setelah Toko Buku Gramedia karena gerainya yang tersebar hampir di mana-mana.
Toko Buku Gunung Agung awalnya didirikan oleh Tjio Wie Tay atau lebih dikenal dengan nama Haji Masagung. Pada mulanya, Haji Masagung menjual buku, surat kabar, dan aneka majalah di sebuah kios kecil bernama Thay San Kongsie.
Seiring berjalannya waktu, bisnis penjualan buku dan aneka surat kabarnya berjalan lancar hingga menjadi besar. Haji Masagung pun mengembangkan bisnis penjualan buku ini dengan mendirikan Firma Gunung Agung. Firma bisnis ini memiliki fokus utama pada impor buku dari luar negeri.
Selain itu, Firma Gunung Agung juga memiliki lini usaha lainnya yakni sebagai penerbit buku. Bisnisnya semakin maju hingga ia membuka Toko Buku Gunung Agung di Kwitang, Jakarta Pusat dalam banguna besar yang terdiri dari empat lantai.
Haji Masagung memang dikenal dekat dengan kalangan cendekiawan, penulis, dan para jurnalis. Ia pun kerap menggelar pameran buku yang banyak disukai masyarakat luas.
Tahun 1986, bisnis Haji Masagung diteruskan oleh ketiga anaknya yakni Putra Masagung, Made Oka Masagung, dan Ketut Masagung. Sayangnya, sepeninggal Haji Masagung, bisnis ini kemudian terbagi-bagi.
Putra Masagung memilih mundur dari Grup Gunung Agung dengan alasan sakit. Ia kemudian memilih menjalankan bisnis toko buku saja. Beberapa waktu kemudian, Ketut Masagung pun mundur dari Grup Gunung Agung dan mendirikan toko bukunya sendiri yakni Toko Buku Walisongo yang fokus pada buku-buku Islami.
Grup Gunung Agung pun hanya dikelola oleh Made Oka Masagung. Di tangan Made Oka, bisnis Gunung Agung sempat mengalami perkembangan hingga berhasil melakukan ekspansi ke berbagai sektor seperti sektor keuangan hingga properti. Sayangnya, bisnis Gunung Agung mengalami beberapa masalah yang mengakibatkannya merugi.
Made Oka kemudian menjual 80 persen sahamnya di Gunung Agung kepada PT Kosgoro. Hal ini dilakukannya lantaran gurita bisnis yang didirikan oleh Haji Masagung ini terbelit utang hingga Rp450 miliar.
Tak hanya itu, sejumlah proyek penambangan emas Gunung Agung yang ada di Sukabumi juga dikabarkan sekarat. Kerjasama dan kesepakatan Made Oka dan sejumlah petinggi bank pun tak berhasil hingga utang-utang proyek yang mencapai ratusan miliar rupiah tak tertanggungkan.
Adapun saat ini, penjualan Toko Buku Gunung Agung mengalami penurunan hingga kerugian besar. Manajemen Gunung Agung mengungkapkan bahwa perusahaan sudah tidak mampu lagi bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar.
"Penutupan toko/outlet tidak hanya kami lakukan akibat dampak dari pandemi covid-19 pada 2020 saja, karena kami telah melakukan efisiensi dan efektivitas usaha sejak 2013," kata manajemen.
Editor : Muri Setiawan